Selasa, 23 Juni 2009

1. KAWASAN PESISIR PANTAI PAGATAN



Keadaan kawasan pesisir Pantai pagatan
• Koordinat : 3°47’54,26” LS dan 114°36’20,33” BT
• pH air : berkisar antara 9-10
• Warna air : coklat
• Tingkat kejernihan : kurang dari 0 cm (amat keruh)
• Bibir pantai : ± 5 meter
• Fluktuasi air laut : 10-50 m
• Cakupan mangrove: 2-5 m
• Luas sawah : ± 150 ha
• Hasil pemeriksaan mikroskop sampel air di daerah pantai Desa Pegatan Besar : tidak
didapatkan plankton
Pegatan Besar terletak pada Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan. Desa ini terletak di daerah pesisir pantai yang menghadap ke arah laut Jawa. Keadaan pantainya cukup memprihatinkan, terlihat dari banyaknya sampah berserakan, hutan bakau yang menipis serta air lautnya yang bercampur lumpur sehingga berwarna coklat. Laut yang berlumpur ini mampu menyebabkan turunnya hasil tangkapan ikan. Selain itu pantainya mulai terkikis akibat bakau yang semakin sedikit dan tidak adanya terumbu karang sehingga terjadi intrusi air laut yang lebih jauh ke daratan.
Adanya intrusi air laut ini mengakibatkan tercemarnya air tanah (air tanah menjadi payau). Air payau ini bila dikonsumsi dalam jangka panjang memberikan resiko penurunan kualitas kesehatan, termasuk resiko gagal ginjal akibat tingginya kadar garam dalam air tersebut. Hal ini menyebabkan penduduk setempat tidak menggunakan air tanah untuk diminum, hanya menggunakannya untuk mandi, cuci dll.. Untuk mendapatkan air bersih di daerah ini cukup susah karena penduduk harus membeli air bersih dengan harga 1200 -1500/ teng.
Untuk mencegah dan mengurangi abrasi yang semakin parah, mungkin kita bisa melakukan penanaman kembali hutan bakau dan menumbuhkan kembali terumbu karang (program jangka panjang). Selain itu, penduduk setempat diberikan himbauan agar tidak membuang samapah ke laut dan menebang pohon bakau yang ada.
Mata pencaharian penduduk di Desa Pegatan Besar di antaranya petani, peternak, nelayan dan pedagang. Hewan ternak yang diternakkan seperti sapi, ayam dan itik. Hewan-hewan ternak ini di lepas saja ke pemukiman penduduk sehingga kita dapat menjumpai kotoran hewan ternak dimana-mana dan sangat mungkin untuk mencemari air terutama sumur-sumur warga yang terbuka tanpa pelindung. Selain itu, kotoran hewan ternak tersebut akan menjadi sumber penyakit.
Untuk ekplorasi dan pengembangan tanaman obat di daerah ini bisa dikatakan masih kurang masih kurang. Ini dikarenakan penduduk setempat lebih memilih menggunakan obat jadi dibanding obata tradisional dan pengetahuan penduduk setempat menegenai tanaman-tanaman yang berpotensi sebagai obat masih kurang.

2. DESA DAMIT


Keadaan bendungan


keadaan persawahan
• Koordinat : 3°45’35,09” LS dan 114°54’02,87” BT
• pH air : berkisar antara 5-6
• Warna air : jernih dan bening
• Tingkat kejernihan : ± 3 meter
• Luas sawah : ± 50 ha
• Cakupan kebun karet: 100 m
• Hasil pemeriksaan mikroskop sampel air di daerah sawah Desa Damit : tidak didapatkan plankton
Desa Damit terletak di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan. Lokasi observasi adalah daerah persawahan dan dam. Daerah ini juga didominasi oleh perkebunan karet yang berada di sekitar areal persawahan. Pemukiman penduduk cukup jauh dari daerah ini yakni sekitar 5 km.
Daerah tangkapan air (bendungan) cukup luas tapi masih belum bisa menampung air dengan baik terutama di musim hujan sehingga ketika musim hujan datang, tanggul bedungan menjadi jebol dan terjadi banjir di daerah sekitarnya. Ini terbukti bahwa beberapa kali bendungan ini harus diperbaiki.
Sistem pengairan sawah di daerah ini yaitu langsung dialirkan dari bendungan. Artinya intensitas pengairan sawah sangat ditentukan oleh bendungan. Jika air bendungan meluap, maka sawah akan banjir, dan begitu pula apabila terjadi kekeringan. Selain tanaman padi, juga didapati tanaman palawija lainnya seperti kacang panjang di sawah.
Dari hasil wawancara dengan masyarakat yang sedang bekerja di persawahan. Masyarakat disini tidak menggunakan obat tradisional sebagai pengobatan utama, karena alasan kepraktisan. Menurut mereka kalau sakit cukup membeli obat generik di warung, buat apa susah- membikin ramuan. Penyakit yang biasa diderita pun hanya demam biasa, pusing, flu dan batuk. Jadi disinilah peran kita sebagai seorang farmasis untuk memberikan sosialisasi menegenai pentingnya pengetahuan tentang tanaman obat dan menggali lebih dalam potensi tanaman obat yang ada di daerah ini.

Senin, 22 Juni 2009

3. LAHAN RAWA GAMBUT

Hasil pengukuran di lapangan
• Koordinat : 3°22’19,18” LS dan 114°42’07,29” BT
• pH air : berkisar antara 5-6
• Warna air : agak jernih dengan warna agak kecoklatan yang pudar
• Tingkat kejernihan : kurang dari 30 cm
• Kecepatan alir air : - (air tidak mengalir )
• Pemeriksaan air dengan meggunakan mikroskop menunjukkan adanya fitoplankton.

Lahan rawa gambut yang menjadi objek observasi ini terletak di daerah gambut km 17, Kalimantan Selatan. Lahan gambut ini merupakan daerah reklamasi, yang ditunjukkan adanya penimbunan tanah, pengerukan atau pengangkatan tanah gambut, pembuatan parit pengeringan. Reklamasi lahan gambut ini tentunya akan berdampak buruk bagi ekosistem yang ada di sana. Dampak buruk yang ditimbulkan akibat reklamasi antara lain:
a. Hilangnya daerah resapan air akibat lahan gambut tertutupi dengan tanah baru.
b. Berubahnya ekosistem hingga terjadinya kepunahan makhluk hidup khas gambut.
Sebenarnya daerah Gambut ini cukup potensial dengan tanaman obatnya. Tanaman gambut yang sudah dikenal yaitu galam, karamunting, teratai dan kelakai. Tidak menutup kemungkinan akan ada tanaman lain yang berpotensi sebagai obat.Tapi akibat adanya reklamasi lahan gambut ini tanaman paku-pakuan jenis kelakai sudah berkurang jumlahnya, pohon galam yang tinggal beberapa, hanya lebih banyak terlihat rumput-rumput air, termasuk purun.
c. Migrasi nyamuk ke pemukiman penduduk akibat terusiknya habitat nyamuk-nyamuk tersebut.
d. Memicu terjadinya kebakaran lahan yang akhirnya akan berperan serta pada polusi udara dan global warming.
Di lahan gambut tersimpan titik-titik api, jika lahan gambut dikeringkan maka titik api ini kemudian dapat menjadi besar dan mudah terbakar. Lahan gambut yang terbakar akan menyebabkan terlepasnya karbon ke udara dalam jumlah yang lebih besar dan akan menyebabkan polusi udara. Jumlah karbon yang meningkat di atmosfir akan mempengaruhi suhu bumi sehingga menyebabkan global warming.


Lahan rawa gambut yang masih belum terusik


Kanalisasi lahan rawa gambut


Lahan gambut yang telah direklamasi



fitoplankton yang ada di sampel air gambut